Sabtu, 04 November 2017

Pembentukan Densus Tipikor ingin Memberantas Korupsi atau Menjegal Pemberantas Korupsi?

Ketika pertama kali mendengar akan dibentuk Densus Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) saya langsung respek mengatakan bahwa itu harus ada. Namun setelah saya ingat bahwa yang menangani tipikor itu sepertinya dan seharusnya sudah banyak seperti KPK, BPK, Bawasda/kab, Jaksa,  dan POLRI. Bukannya mereka semua itu adalah para pemberantas korupsi. Apakah masih kurang? Jika masih kurang kenapa tidak tambah personil saja ketimbang membentuk lembaga baru?

Di sisi lain baru terpikirkan bahwa pembentukan Densus Tipikor tersebut belum tentu didasarkan pada niat dan tujuan yang mulus, masih banyak dan terlalu banyak orang yang bertindak di atas kepentingannya sendiri, kelompok atau lembaga/institusinya sendiri. Jangan-jangan Pembentukan Densus Tipikor tujuannya hanya membela diri dan mengerdilkan sepak terjang KPK yang selama ini bergerak secara independen memberantas korupsi. Dibuat atribut yang sama denga KPK sebagai pemberantas korupsi tapi tujuannya membela koruptor. Na'udzu billahi min dzalik..... jangan sampai terjadi.

Kalau memang punya tujuan yang sama ingin memberantas korupsi, kenapa tidak diperkuat saja KPK dan lembaga lain yang sudah ada yang memang punya andil tanggungjawab dan wewenang dalam pemberantasan tindak pidana korupsi?

Jadi, pertanyaan besar saya, "Apakah Pembentukan Densus Tipikor :

1.  ingin Memberantas Korupsi atau Menjegal Pemberantas Korupsi?
2.  ingin Memberantas Korupsi atau Membela Koruptor?
3.  ingin Memberantas Korupsi atau ingin Kursi?
4.  ingin Memberantas Korupsi atau sekedar cari uang?
5.  ingin Memberantas Koruptor atau cari pamor?
6.  ingin membangun bangsa atau menghancurkan bangsa dan membangun bangsat (Baca : pencuri)?
7.  punya niat suci atau keji?

Saya guru SD yang hanya tahu bicara di depan anak-anak. Namun karena pedulinya terhadap nasib bangsa, sehingga memaksakan berbicara di media. Tulisan ini hanya sekedar ingin menyampaikan bahwa kita harus lebih hati-hati dan waspada dalam memutuskan suatu hal, jangan sampai keliru yang pada akhirnya merugikan bangsa dan negara kita, dengan anggaran yang akan dikeluarkan untuk itu dan perbuatan keji oknum-oknum tertentu yang merugikan bangsa dan negara pula.

Mudah-mudahan Allah senantiasa memberikan hidayah-Nya kepada kita semua. Mudah-mudahan Pak Jokowi selaku Kepala Negara diberi hidayah oleh Allah SWT supaya bisa memutuskan yang terbaik buat negeri ini dan untuk melaksanakan programnya "Nawa Cita" sebagai program dalam pembangunan karakter bangsa yang jujur, adil, bertanggungjawab, semangat kerja, sopan dan santun.